Adakah Bid’ah Hasanah? – Muqaddimah Penulis

Muqaddimah

Segala puji hanya milik Allah –‘Azza wa Jalla-, kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan kepada-Nya, kita memohon ampun kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah –‘Azza wa Jalla– dari kejelekan-kejelekan diri kita dan kejelekan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah –‘Azza wa Jalla– maka tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah –‘Azza wa Jalla– maka tidak seorangpun yang dapat memberi hidayah kepadanya.

Saya bersaksi bahwa tidak ada yang patut disembah dengan haq (benar) kecuali Allah –‘Azza wa Jalla– saja, dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaks bahwa Muhammad –Shallallahu’alayhi wa Sallam- adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُواْ اللهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An Nisa`: 1)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Al Ahzab: 70-71)

Amma Ba’du: Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad –Shallallahu’alayhi wa Sallam-, dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan ada di neraka.

Wa Ba’du: Sesungguhnya, salah satu ujian terbesar umat Islam dewasa ini adalah permasalahan Bid’ah (sesuatu yang diada-adakan dalam urusan agama,-pent.), bahkan hal ini telah menyebar ke berbagai negara Islam. Jarang sekali kita jumpai suatu tempat yang disitu terlepas dari masalah Bid’ah dan sangat sedikit manusia yang selamat darinya. Perkara Bid’ah merupakan masalah yang besar, sangat berbahaya, dan termasuk ‘pos’nya kekufuran. Pelaku bid’ah telah mencabut hukum Allah, karena itu dia tidak mau berusaha untuk taubat (tidak diberi pertolongan untuk bertaubat).

Telah berkata Abdullah bin Abbas

إِنَّ أَبْغَضَ الْأُمُوْرِ إِلَى اللهِ الْبِدَعُ

“Sesungguhnya diantara perkara-perkara yang paling dibenci di sisi Allah adalah Bid’ah.” (Al Baihaqi dalam Al Kubra 4/316)

Berkata Sufyan Ats Tsauri

اَلْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ، اَلْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا، وَالْبِدْعَةُ لَايُتَابُ مِنْهَا

“Bid’ah itu lebih disukai oleh Iblis daripada kemaksiatan, pelaku maksiat ingin bertaubat dari kemaksiatannya, sedangkan pelaku bid’ah tidak ada keinginan untuk bertaubat dari kebid’ahannya.”[1] (Abu Na’im dalam Al Hilyah 7/26 dan Baghawi dalam Syarhussunnah 1/216)

Berbeda dengan orang yang berbuat maksiat, ia merasa sedikit amalannya dan jelek perbuatannya, sehingga jika datang nasehat padanya segera ia akan bertaubat. Akan tetapi keduanya –pelaku bid’ah dan maksiat- apabila mau bertaubat, sesungguhnya Allah Maha Mengampuni dosa dan menerima taubat hamba-Nya dan memaafkan kejelekan-kejelekannya. Kami minta kepada Allah –‘Azza wa Jalla– keselamatan, ‘afiyah, taufiq dan hidayah.

Ulamam terdahulu telah membicarakan masalah bid’ah ini, demikian pula ulama muta`akhirin telah menulis kitab-kitab yang bagus dan berfaedah tentang permasalahan bid’ah, tulisan saya ini banyak mengambil manfaat dari kitab-kitab mereka. Hanya saja harapan saya, agar tulisanku ini jelas, sederhana, menyeluruh, dan mudah untuk dipahami. Karena ada sebagian penulis yang menguraikan suatu permasalahan secara panjang lebar sehingga banyak penuntut ilmu yang kesulitan memahaminya, dan adapula sebagian penulis yang sangat ringkas penjelasannya sehingga belum terpenuhi inti permasalahan yang diinginkan.

Isi yang terkadung dalam kitab ini berkisar tentang permasalahan bid’ah dan hukum-hukumnya, dan saya tidak hanya membahas satu permasalahan khusus saja. Yang jelas dalam hal ini para ulama terdahulu (salaf) mempunyai keutamaan.

[فَهُمْ بِسَبَقٍ حَازَو التَّفْضِيْلَا]

[وَاسْتَوْجَبُوا ثَنَائِيَ الْجَمِيْلَا]

Pendahulu mereka memiliki banyak keutamaan

Dan mereka berhak mendapat pujian-pujian yang indah

[فَاللهُ يَقْضِي بِهِبَاتٍ وَافِرَةٍ]

[لِي وَلَهُمْ فِي دَرَجَاتِ الْآخِرَتِ]

Maka mudah-mudahan Allah memberi balasan yang banyak

Bagiku dan bagi mereka dengan kedudukan di akhirat kelak

[وَاللهُ يَجْزِي سَابِغَ الْإِحْسَانِ]

[لِي وَلَهُمْ وَلِذَوِ الْإِيْمَانِ]

Mudah-mudahan Allah memberi kebaikan yang banyak

Bagiku, mereka dan orang-orang yang memiliki keimanan


[1]     Karena pelaku bid’ah mengira perbuatannya baik, dan dengan perbuatan bid’ah itu dia bermaksud untuk mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Oleh karena itu pelaku bid’ah tidak pernah berpikir untuk bertaubat kepada Allah dari perbuatannya bahkan dengan kebid’ahannya tersebut ia mengharapkan pahala. Sebagaimana firman Allah –‘Azza wa Jalla

أَفَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَناً

“Maka apakah orang yang dijadikan (syaithan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk dia meyakini pekerjaannya itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaithan)?” (QS. Fathir: 8)

Leave a comment